Next Post

Menjaga “Trah” Suku Dayak Bumi Segandu di Era Millenial

dayak-3

INDRAMAYU –

GEMPURAN era globalisasi saat ini, menjadi tantangan tersendiri bagi kaum suku dayak bumi Segandu Indramayu. Peran media sosial dan teknologi dan informasi yang begitu cepat,menjadi ancaman bagi generasi masa depan suku dayak bumi segandu.

Nyi Dewi,21 gadis belia keturunan suku dayak bumi segandu mengaku era millenial saat ini, menjadi tantangan bagi generasi penerus suku dayak bumi segandu.

“Kita tetap ingin mempertahankan budaya dan tradisi kehidupan suku dayak bumi segandu.Kuncinya, tetap ada pada diri kita sendiri,bukan dari orang lain,”kata dia.

Meski perkembangan zaman terus maju pesat, namun didikan dari orang tua di komunitas suku dayak bumi segandu diyakini akan tetap dijaga dan menjadi pedoman.

“Orang tua kami mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menjaga nilai-nilai, norma dan budaya suku bumi segandu,prinsip ini akan kita pegang teguh,”kata Nyi yang merupakan putri dari kepala suku dayak bumi segandu,Takmad Diningrat.

Nyi mengaku, untuk tetap menjaga nilai-nilai dan norma yang telah diajarkan, ia berusaha untuk tidak terjebak dengan perkembangan media sosial saat ini.

“Kami tetap mengedepankan welas asih terhadap sesama, saling menolong dan tidak saling mencela orang lain,”kata dia.

Rasa welas asih atau kasih sayang terhadap sesama ini menjadi salah satu cara suku bumi dayak bumi segandu berkomunikasi dengan sesama.

“Meski dianggap kaum minoritas, namun kami tetap diterima oleh masyarakat sekitar.Yang kami yakini, kalau kita berbuat baik, saya yakin mereka juga akan bersikap hal yang sama,”kata dia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Awi,22 salah satu pemuda suku dayak bumi segandu. Sebagai generasi muda suku dayak bumi segandu, menjaga trah suku dayak menjadi satu keharusan bagi generasi muda suku dayak.

“Budaya dan keyakinan yang kami anut, tetap akan terus dijaga,”kata dia.

Komunikasi dengan sesama anak suku juga berjalan cukup baik dan mampu menjaga apa yang sudah menjadi norma adat suku.

Sementara itu,Wardi, salah satu tokoh suku dayak bumi segandu mengaku, norma adat suku yang selalu dijunjung adalah saling menghargai sesama manusia, tidak menjelek-jelekkan orang lain dan hidup mandiri.

“Belum tentu sifat dan tingkah laku kita lebih baik dari orang lain.Yang penting, kita mawas diri dan memperbaiki diri,”kata dia saat ditemui di padepokan Suku dayak Bumi Segandu di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu pada Sabtu (27/10).

Sementara itu Tokoh Muda Nahdlatul Ulama,Edi Fauzi menilai suku bumi dayak segandu telah menjadi bagian dari masyarakat Indramayu.Sebagai contoh di desa Krimun Kecamatan Losarang,masyarakat desa telah menerima suku dayak bumi segandu sebagai bagian dari masyarakat desa setempat.

Mereka bergotong royong dan saling membantu satu sama lain.Kegiatan-kegiatan di desa Krimun juga melibatkan komunitas suku dayak bumi segandu.

“Keberagaman di desa Krimun menjadi contoh bahwa perbedaan keyakinan dan agama dalam beragama bukan menjadi satu sekat untuk tidak saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya,”ujar Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kabupaten Indramayu ini.

Sementara itu,Saadah warga RT 13 Desa Krimun mengaku warga desa saling membantu dengan komunitas suku dayak bumi segandu.

“Bahkan,kami sering berkirim makanan satu sama lain,”kata dia.(tomi indra)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News