Next Post

Pesisir Pantai Diterjang Banjir Rob, Petambak di Indramayu Rugi Puluhan Miliar

tambak-1

INDRAMAYU –

Gelombang pasang air laut (banjir rob) yang terjadi dalam sepekan terakhir, membuat puluhan ribu hektare tambak di Kabupaten Indramayu terendam. Petambak tradisional mengalami kerugian hingga puluhan miliar.

Dewan Pengurus Daerah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia ((DPD KNTI) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mendesak pemerintah daerah dan pusat segera turun membantu nelayan budidaya (petambak) yang mengalami kerugian.

Ketua DPD KNTI Indramayu, Carikam menjelaskan, hampir sebagian besar lahan tambak di wilayah Indramayu mulai dari Kecamatan Krangkeng, Karangampel, Juntiyuat, Balongan, Indramayu, Pasekan, Sindang, Cantigi, Arahan, Lohbener, Losarang, Kandanghaur, Sukra, dan Kecamatan Patrol terendam banjir rob. Akibatnya, budiaya udang dan bandeng pun hanyut terbawa banjir. Hal itu membuat petambak mengalami kerugian yang sangat besar.

“Luas lahan tambak di Kabupaten Indramayu sekitar 20 ribu hektare, jika setengahnya saja yang terendam banjir rob maka ada sekitar 10 ribu hektare lahan tambak yang terdampak banjir. Sementara untuk satu hektare tambak biasa diisi 5 ribu ekor bibit bandeng dan 30 ribu bibit udang vanamei tradisional,” ungkap dia dalam siaran persnya, Sabtu (06/06/2020).

Carikam menyebutkan, modal produksi untuk pembelian bibit bandeng per ekor Rp400,- dan bibit udang vanamei Rp40,- per ekor. Sementara biaya untuk pembelian pakan bandeng Rp.9 ribu per kilogram (kg). Total kebutuhan pakan selama masa tanam mencapai 2,5 ton untuk tanaman bandeng sebanyak 5 ribu ekor per hektare. Pakan udang vanamei tradisional Rp.13 ribu per kg dengan total kebutuhan pakan selama masa tanam mencapai 2 kwintal untuk tanaman sebanyak 30 ribu ekor per hektare.

“Data yang kami himpun dari laporan nelayan budidaya atau petambak dari berbagai desa dan kecamatan di seluruh Kabupaten Indramayu saat dikalkulasikan, kerugian petambak mencapai angka diatas Rp.30 miliar. Sebuah kerugian yang sangat besar dan hal itu baru kerugian biaya produksi saja, belum lagi jika dihitung kerugian akibat hilangnya keuntungan dengan ukuran harga jual ikan dan udang,” sebut dia.

Dengan terjadinya musibah banjir rob yang menghancurkan sentra produksi pertambakan di Indramayu. Carikam menyoroti “lemahnya” perhatian dari mulai pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi hingga pemerintah pusat terkait infrastruktur disektor tambak.

Carikam menanyakan berapa banyak program dari Diskanla untuk penyiapan infrastruktur pertambakan, pengurasan saluran atau pemeliharaan sungai dan muara. Kemudian berapa banyak nominal anggarannya? Anggarannya sangat kecil atau hampir tidak ada untuk sektor pertambakan ini, maka pantaslah ketika terjadi rob besar, lahan pertambakan pun langsung terendam banjir.

“Kedepan pemerintah harus benar-benar memperhatikan soal infrastruktur pertambakan, karena nyatanya sektor ini menjadi penyumbang terbesar devisa negara, bahkan Indramayu adalah penyuplai ikan terbesar di Jawa Barat,” tegas Carikam.

Terkait kerugian yang dialami para petambak di Indramayu, Ketua DPD KNTI ini berharap agar pemerintah menggelontorkan bantuan bibit dan pakan untuk petambak yang terkena bencana banjir rob tersebut.

“Bantuan bibit dan pakan untuk petambak sangat diharapkan, karena pasca bencana ini kita akan kembali memulai budidaya yang tentunya membutuhkan modal untuk penyiapan lahan, pembelian bibit dan pembelian pakan,” pungkasnya. (Pro/IJnews)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News