Next Post

Batik Kriyan Siap Go Internasional, Ini Beberapa Keunikannya

Ilustrasi. (Foto; Dok Indramayujeh)
Ilustrasi. (Foto; Dok Indramayujeh)

 

CIREBON –

‘Batik Kriyan’ nama yang terdengar masih asing di dunia fesyen nusantara. Bahkan, di daerahnya sendiri yakni Cirebon merek ini begitu asing di telinga. Namun, lambat tapi pasti, batik Kriyan siap menerobos dominasi merek batik lainnya seperti batik Trusmi, batik Ciwaringin, batik Solo, dan lainnya.

Batik Kriyan, diambil dari asal daerah dimana batik itu tercipta yakni Kampung Kriyan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Batik ini memiliki keunggulan tersendiri karena pewarnanya menggunakan bahan-bahan alami yang banyak terdapat di daerah itu.

Motifnya pun dikenal baru di dunia perbatikan, karena berasal dari bentuk daun-daunan yang juga banyak tumbuh di Kampung Kriyan seperti motif daun kersen, daun jati, daun pandan, motif perahu, wayang, dan lainnya. Batik Kriyan pun tercipta dari tangan-tangan terampil warga setempat yang diberi kebebasan menentukan motif batiknya.

Ketua RW 17 Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Bambang Jumantri mengatakan, warga kampungnya sangat antusias menyambut tawaran dari Pemerintah Kota Cirebon dan pihak swasta yang memproyeksikan Kriyan Barat sebagai kampung batik.

Menurutnya, tawaran itu sekaligus akan merubah pola pikir warga dan image kampung Kriyan sebagai daerah kumuh, angka putus sekolah tinggi dengan tingkat kriminalitas cukup tinggi pula. “Warga sangat senang. Karena mereka juga resah dengan julukan negatif atas kampungnya sendiri. Intinya warga di sini ingin berubah dan ingin maju seperti daerah lainnya,” katanya, Senin (12/8/2019).

Pemkot Cirebon sendiri berkolaborasi dengan Korea Arts & Culture Education Service (Kaces) membentuk kelompok masyarakat memberikan pelatihan dan pendampingan mulai dari menentukan motif, memproduksi batik, hingga menjual batik. “Ada sekitar 22 warga yang ikut pelatihan, kebanyakan ibu-ibu rumah tangga ada satu orang difabel dan satu warga yang putus sekolah,” imbuhnya.

Batik garapan Kampung Kriyan memanfaatkan sumber daya alam sekitar untuk pewarna, motif batiknya pun terinspirasi dari tanaman yang ada di sekitar kampung tersebut. “Selain batiknya, kami juga memproduksi pewarna sendiri dari kulit manggis, daun pandan, buah binahong, biji jolawe, dan kulit kayu mangrove. Batik andalan kami yaitu batik motif daun dan bunga kersen,” tuturnya.

Sejak lebih dari satu tahun mendapat pelatihan, walaupun belum dipasarkan secara bebas, warga kini sudah bisa memproduksi batik khas Kampung Kriyan dengan motif dijamin anti mainstream.

“Hasil batiknya masih perlu polesan sedikit. Ada beberapa pejabat dan instansi yang sudah beli batik dan dibawa ke Korea dan Amerika, entah dijual atau untuk pribadi yang jelas pesannya lumayan banyak. Kami juga aktif mengikuti pameran-pameran yang digelar oleh Pemda,” ungkapnya.

Bambang menambahkan, di atas Batik Kriyan terukir harapan warga untuk merubah nasib dan perekonomian keluarga yang lebih baik. “Harapan kami dapat memperbaiki perekonomian keluarga. Karena itu, warga memiliki tekad yang kuat supaya batik produksinya dapat menembus pasar nasional dan internasional,” katanya.

Sementara, Camat Lemahwungkuk Kota Cirebon Ma’ruf Nuryasa, untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan, ia langsung mengambil langkah cepat dengan meminta perangkat dan warganya memakai Batik Kriyan. “Setelah kami pantau progres produksi Batik Kriyan sangat baik. Supaya dikenal masyarakat luas, saya minta kepada lurah-lurah, RT, sampai warga untuk membeli batik produk sendiri,” ujarnya.

Cara itu dinilai efektif untuk menjaga semangat produsen batik dan teknik jitu dalam berpromosi. “Kalau batiknya dipakai sama orang-orang dekat, warga yang bikinnya juga pasti senang. Apalagi, dipakai ke acara-acara resmi seperti rapat-rapat, pertemuan dengan Pemda, atau dipakai ke acara pernikahan, otomatis menjadi bahan promosi bagi Batik Kriyan,” imbuhnya.

Pihaknya merasa optimis, dalam lima tahun kedepan kampung Batik Kriyan akan terintegrasi dengan spot wisata yang kini tengah digarap baik di Kota Cirebon maupun di kawasan yang sama.

“Wisata mangrove di Pantai Kejawanan sekarang sudah on the track, sungai yang melintasi di kampung kami sedang ditata melibatkan warga setempat, lalu pendopo Kecamatan akan direnovasi menjadi semacam shelter bagi warga atau pengunjung. Jadi, nanti wisatawan bisa jalan-jalan di kampung kami,” pungkasnya. (Juan)

 

 

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News