KUNINGAN –
BPBD Kabupaten Kuningan menyebut, kemarau berkepanjangan berpotensi menyebabkan lima kecamatan rawan kekeringan. Bencana kekeringan ini mengakibatkan warga kesulitan air bersih, hingga memicu terjadinya kebakaran lahan.
Walaupun kini pemerintah daerah belum menetapkan status darurat bencana kekeringan, namun sejumlah warga di beberapa titik seperti Ciawigebang dan Cidahu kesulitan air bersih. Bahkan hingga kini, air bersih kerap dipasok dengan menggunakan tangki air bersih ke beberapa wilayah tersebut.
“Jika kemarau terus berkepanjangan, ada lima kecamatan yang terdampak rawan kekeringan. Kelima kecamatan itu diantaranya Cidahu, Ciawigebang, Cimahi, Cipicung, dan Cibingbin,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Agus Mauludin, Rabu (19/6/2019).
Walaupun pemetaan baru diprediksi di lima kecamatan, pihaknya mengaku, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pula di wilayah lain. Bencana kekeringan dapat terjadi di kecamatan lain, yang tidak masuk dalam pemetaan seperti Kecamatan Karangkancana pada tahun lalu.
“Tahun lalu Karangkancana kami tidak petakan dalam daerah rawan bencana kekeringan. Sebab pada saat musim hujan itu terjadi tanah longsor dan menyebabkan kerusakan bak penampungan air bersih, akibatnya tahun lalu empat desa yakni Cihanjaro, Simpayjaya, Sukasari, dan Tanjungkerta mengalami krisis air bersih,” sebutnya.
Menghadapi musim kemarau ini, pihaknya menghimbau, agar warga masyarakat mulai melakukan upaya antisipasi agar tidak mengalami kesulitan air bersih, dan dampak yang mungkin terjadi seperti kekeringan lahan, kebakaran hutan, bahkan kebakaran rumah.
“Kita mulai bijak menggunakan air jangan sampai dihambur-hamburkan. Selain itu, untuk antisipasi kebakaran hutan dan lahan serta perumahan sebaiknya tidak melakukan tindakan yang bisa memicu kebakaran seperti membakar sampah sembarangan, perhatikan juga instalasi listrik dan gas,” pintanya.
Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan pemetaan terhadap daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. Karena itu, BPBD Kuningan akan berkoordinasi dengan instansi terkait seperti UPT Damkar, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Perhutani dan lainnya.
“Sebagai upaya antisipasi, kami akan mengundang pihak-pihak tersebut untuk menyusun strategi dan kekuatan dalam mengantisipasi musibah kebakaran hutan yang biasa terjadi pada musim kemarau. Namun harapan kami, musim kemarau tahun ini bisa berlangsung singkat dan tidak berdampak pada kekeringan parah. Terutama pada lahan hutan hijau, semoga tidak sampai mengeringkan ilalang yang tumbuh di sekitar pepohonan, yang biasanya akan sangat mudah terbakar apabila kemarau panjang terjadi,” tutupnya. (Andri)