Next Post

Kata Wali Kota Cirebon soal Konflik Keraton Kasepuhan

Aksi saling dorong dan tarik-menarik saat pelantikan Perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon. (Indramayujeh)
Aksi saling dorong dan tarik-menarik saat pelantikan Perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon. (Indramayujeh)

CIREBON – Bentrokan antara 2 kubu yang saling berebut takhta Keraton Kasepuhan Cirebon terjadi pada pekan lalu. Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis pun meminta agar kedua pihak yang berkonflik lebih mengedepankan urusan dalam melestarikan budaya dan cagar budaya di Keraton Kasepuhan.

“Memohon dengan segala hormat kepada seluruh yang bertikai ini untuk mendahulukan kepentingan yang lebih besar. Kepentingan bagaimana menjaga kelestarian budaya keraton, dan menjaga keraton sebagai cagar budaya,” kata Azis kepada awak media, Senin (30/8/2021).

Azis mengatakan, pihak yang berkonflik merupakan para pemangku budaya. Sehingga, lanjut dia, memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian dan cagar budaya.

“Pemerintah tidak bisa ikut campur soal itu (konflik perebutan takhta). Yang jelas, pemerintah akan hadir kalau sudah menganggu cagar budaya. Karena, pemerintah berkewajiban melindungi cagar budaya,” ucap politikus Partai Demokrat itu.

Azis berharap kedua kubu yang bertikai sadar akan pentingnya keraton sebagai warisan budaya. Sebab, lanjut dia, keraton bisa menjadi media belajar untuk mengenal sejarah dan keragaman budaya yang ada di Indonesia.

“Keraton itu aset dunia juga. Nah, pemerintah itu bukan hanya pemkot, legislatif dan kepolisian juga bagiannya. Saat ini kepolisian menjaga dan mengamankan, ini dari sisi menjaga cagar budayanya,” kata Azis.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan hingga saling lempar batu antar kedua pengikut sultan yang berseteru, yakni Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin dan Sultan Sepuh Aloeda II Raden Rahardjo Djali pecah di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon pada Rabu (25/8/2021).

Sebelum terjadi bentrokan hingga aksi saling lempar batu antarpengikut sultan yang bersteru, yakni Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin dan Sultan Sepuh Aloeda II Raden Rahardjo Djali, perang argumen dan saling dorong terjadi saat Rahardjo Djali melantik perangkat kesultanan versinya.

Keluarga dan pengikut dari Sultan Sepuh XV mendatangi acara pelantikan. Sebab, acara pelantikan merasa telah melanggar aturan yang ada. (*)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News