Next Post

Lewat Inspiration House, Cici Situmorang Merawat Indonesia dengan Sekolah Kebhinekaan

Cici Situmorang tengah memberikan pelajaran kepada anak didiknya. (Indramayujeh)
Cici Situmorang tengah memberikan pelajaran kepada anak didiknya. (Indramayujeh)

CIREBON – Berangkat dari pahitnya ditinggalkan kawan satu komunitas, Cici Situmorang (33) tidak akan pernah melupakan diskriminasi yang dialaminya saat aktif dalam kegiatan kepemudaan. Justru hal itulah yang menjadi pendorong Cici dalam menghadapi kesulitan yang menghadang.

Perempuan kelahiran Bandar Lampung tahun 1988 ini, tidak pernah berhenti untuk membawa dampak positif bagi lingkungannya di mana pun ia berpijak. Langkahnya tak pernah terhenti oleh apapun demi menyuarakan perdamaian, kebhinekaan, keberagaman dan toleransi.

Kini Cici menjadi pendiri ‘Inspiration House’ yang memberikan pendidikan luar sekolah bagi anak-anak dari mulai PAUD hingga kelas 6 SD.

Proses belajar dilakukan di Baperkam, dekat tempat tinggalnya di Jalan Ciremai Raya Gang Warteg, RT 05 RW 02 Larangan Utara, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Dan satu kelas lainnya juga dilakukan di Baperkam Jalan A. Yani Gang Pandawa RT 03 RW 03 Dukuh Semar, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti.

Di tempat yang sederhana itu, Cici dan 15 aktivis lainnya yang kebanyakan dari mahasiswa semester 2 hingga akhir, memberikan materi pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan materi pembelajaran yang tidak ada di sekolah mana pun. Seperti dongeng perdamaian, cilik-cilik kenal Gus Dur, cilik-cilik anti korupsi, cilik-cilik juru bicara Pancasila.

Selain itu, ia juga membuka mata toleransi anak-anak usia dini dengan rutin melakukan kunjungan ke beberapa tempat ibadah lintas iman di Cirebon. Tidak hanya sekadar berkunjung, anak-anak tersebut diperkenalkan dengan ritual peribadatan 5 agama di Indonesia.

Sebelum membuka kelas gratis bagi anak-anak jalanan dan tidak mampu itu, ia berkeliling dari rumah ke rumah langsung menemui orang tua agar mereka dengan sukarela menitipkan anaknya di Inspiration House.

Awalnya banyak tantangan dan kesulitan, karena Cici harus meyakinkan para orang tua bahwa apa yang akan diberikan kepada anak-anak itu tidak ada unsur SARA sama sekali. Ia pun berhasil membuktikan pertanyaan salah satu orang tua anak didiknya sekaligus juga menjawab keraguan orang tua lainnya.

“Ini motivasinya apa? Karena jarang sekali ada anak muda yang mau memberikan pendidikan secara gratis,” kata Cici menirukan pertanyaan orang tua salah satu anak didiknya.

Berawal dari jumlah murid yang bisa dihitung jari, selama 6 tahun berjalan, anak-anak lainnya, juga orang tua yang mulai percaya, kini jumlah anak didik di Inspiration House mencapai 300-an anak didik.

Bahkan yang sudah lulus sekolah tingkat SMP dan SMA pun beberapa anak ada yang kembali lagi hanya sekedar untuk melepas rindu pada masa kecil di Inspiration House, hingga menawarkan diri menjadi tenaga pendidik.

Cici dan rekan-rekannya akhirnya dapat membuktikan keraguan dan pertanyaan para orang tua. Waktu belajar yang fleksibel dan suasana kelas yang penuh keakraban sangat disenangi oleh anak-anak, karena mereka juga harus membagi waktu dengan belajar di sekolah formal, bermain dengan kawan sebayanya, dan waktu bersama orang tua di rumah, bahkan sebagian anak ada yang membantu pekerjaan orang tuanya.

Sebelum ada donasi dari para dermawan, seluruh kebutuhan biaya untuk operasional kegiatan berasal dari uang pribadi. Gaji yang ia terima dari membuka les bahasa Inggris dan pekerjaan di salah satu lembaga pendidikan tinggi di Cirebon, ia gunakan untuk membuka kelas gratis, termasuk juga konsumsi dan akomodasi untuk para pengajar.

Kini donasi dalam bentuk uang, buku-buku dan pakaian terus mengalir. Di masa pandemi ini donasi beberapa APD pun kerap berdatangan seperti masker, hand sanitizer, dan lainnya. “Puji Tuhan banyak berkat, mulai dari uang tunai maupun barang seperti buku dan pakaian,” ucap Cici.

Dengan penuh semangat, Cici akan terus memberikan pendidikan perdamaian dan Kebhinekaan kepada anak-anak usia dini hingga cita-cita besarnya tercapai yakni mendirikankan sekolah gratis untuk anak jalanan dan tidak mampu.

“Yang penting aku lakuin ini karena ingin hidupku punya dampak positif, lalu aku mau bilang tidak harus pemerintah yang membantu warga tapi kita sebagai masyarakat juga bisa. Dan anak-anak harus diajarkan sejak dini nilai-nilai perdamaian dan Kebhinekaan, karena tidak semua orang bisa mengajarkan itu,” ujarnya.

Bahasa tindakan menurutnya cara paling efektif dalam menyampaikan materi kepada anak-anak, oleh karena itu ia kerap mengundang kawan-kawan lintas iman lainnya untuk bermain sambil belajar di Inspiration House. “Karena mereka anak-anak, bahasa kita adalah bahasa tindakan,” katanya.

Selain itu, ia juga terinspirasi oleh sosok yang pernah bertatap muka langsung dengannya yakni orang yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan yakni Jenderal TNI Moeldoko.

“Saya ingat pesan Pak Moledoko kepada saya, anak-anak harus memiliki mimpi, dan memberikan semangat untuk para sukarelawan,” pungkasnya. (*)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News