Next Post

Macan Tutul Jawa Mulai Dilepaskan

IMG-20190709-WA0034

 

INDRAMAYU –

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat bersama Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten Kuningan dan para tim relawan melepas Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) di kawasan Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan, Selasa (9/7).

Perjalanan menuju lokasi pelepasliaran menempuh jarak sejauh 7 kilometer dari permukiman warga, tepatnya dari kawasan Batu Luhur Pasawahan Kabupaten Kuningan.
Lokasi menuju pelepasan macan tutul terbilang cukup melelahkan, karena harus menaiki mobil jeep atau mobil offroad ke titik kumpul di Bukit Seribu Bintang Pasawahan Kabupaten Kuningan.

Sampai di titik kumpul, para awak media mulai mengambil gambar satwa liar yang masih berada didalam kandang tertutup. Namun pengambilan visual macan tutul saat pelepasliaran tidak diperkenankan, karena mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan. Namun tim dari pihak pelepasliaran macan tutul sudah menyiapkan petugas, untuk mengambil visual langsung saat pelepasliaran tersebut.

Pelepasliaran Macan Tutul Jawa bercorak hitam pekat itu, dikawal ketat petugas Polhut lengkap dengan senjata pinggang. Termasuk dari petugas medis membawa senjata bius untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal diluar kendali.
Macan tutul hitam yang biasa disebut macan kumbang tersebut dilepas di wilayah utara Gunung Ciremai tepatnya di Site Leuweung Saeutik, Blok Gunung Dulang. Lokasi itu tak jauh dari kawasan wisata Bukit Seribu Bintang.


Terkait adanya kekhawatiran masyarakat sekitar kawasan Gunung Ciremai dan pendaki dari kemungkinan serangan macan kumbang tersebut, Kabid KSDA Jabar Wilayah II Soreang, Pupung Purnawan dalam keterangan persnya meyakinkan, hal tersebut tidak akan terjadi. Sebab macan tutul jawa sebenarnya mempunyai sifat pemalu dan akan menghindar saat melihat manusia.

“Sampai sekarang sih belum ada laporan kasus manusia dimangsa macan tutul. Misalnya seperti dialami pembicara dari Profauna pernah berhadapan langsung dengan macan tutul hanya berjarak 5 meter, namun tidak diserang. Paling penting saat berhadapan dengan macan tutul, jangan panik dan melakukan gerakan mendadak yang membuat macan tersebut merasa terancam,” singkatnya.

Usai dilepasliarkan lanjutnya, BKSDA akan membentuk tim yang akan memantau pergerakan macan kumbang tersebut pasca pelepasliaran nanti.

“Nantinya usai dilepaskan macan tutul jawa akan dipasang kalung GPS Polar yang akan memancarkan sinyal, sehingga tim bisa mengetahui keberadaannya dimana. Nah nanti akan terpantau posisi macan berada dimana, dan jika posisinya dianggap membahayakan warga maka akan ada tim melakukan tindakan antisipasi,” terangnya.

Kepala BTNGC Kuningan, Kuswandono menambahkan, dipilihnya kawasan Gunung Ciremai sebagai lokasi pelepasliaran telah melalui proses kajian yang sangat matang. Bahkan salah satu pertimbangan itu, yakni kawasan Gunung Ciremai merupakan habitat macan tutul jawa dengan populasi yang terbilang masih memungkinkan untuk ditambah.

“Kalau dari hasil kajian tim kami, ternyata kawasan Blok Gunung Dulang pada tahun 2012 pernah terpantau ada satu ekor macan kumbang jantan. Bahkan di kawasan itu juga terdapat banyak satwa mangsa seperti babi hutan, kijang, burung dan surili untuk makanan macan tutul,” pungkasnya. (Andry)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News