Next Post

Pedagang Pasar di Kabupaten Kuningan Diresahkan Peredaran Uang Palsu

Upal Pasar Kuningan Andri (1)

 

KUNINGAN –

Sejumlah pedagang di pasar tradisional, khususnya di Pasar Kepuh dan Pasar Baru Kuningan dibuat resah dengan beredarnya uang palsu (upal). Sebab, ada beberapa pedagang Pasar Kepuh yang sudah menjadi korban peredaran upal ketika bertransaksi jual-beli di pasar.

“Saya kan jual daging ayam, nah kalau pegang daging itu kan basah tangannya, terus pegang uang kok luntur kena tangan saya yang basah. Kalau malem itu jarang diberesin, jadi sadarnya pas siang setelah diberesin kok lecek uangnya terus luntur juga banyak,” kata salah seorang pedagang daging ayam, Erna yang jadi korban upal kepada awak media, Jumat (26/4/2019).

Erna mengaku, upal itu kemungkinan diterima saat transaksi pada dini hari menjelang subuh atau ketika aktivitas berdagang di pasar dimulai. Sebab ketika malam hari kondisi lampu pasar yang cukup remang, sehingga sulit melihat keaslian uang tersebut. “Saya dapat uang palsunya empat lembar pecahan Rp50 ribu, jadi totalnya Rp200 ribu. Ketauan pas siang, kalau malem susah, sekitar antara jam 2 atau jam 3 pagi,” sebutnya.

Dia tak menyadari uang yang diterima paslu, karena kondisi saat itu tengah ramai pembeli. Bukan kali ini saja menjadi korban upal, sebelumnya Ia juga pernah menerima kasus serupa. “Pas yang beli banyak, jadi susah juga meneliti uangnya, biasanya kan dilihat-lihat diterawang gitu, tapi kan malem susah. Dulu juga pernah, sekarang gini lagi, memang kalau menjelang munggahan (puasa) suka banyak upal, makanya saya takut,” ungkapnya.

Sementara Petugas Pemantau Pasar Disperindag Kuningan, Arisman membenarkan adanya temuan upal tersebut. Terlebih, laporan terkait peredaran upal itu kerap diterima petugas Disperindag Kuningan. “Kami sering menerima laporan dari para pedagang pasar, mereka menemukan uang pecahan kertas yang diduga itu uang palsu. Setelah kami cek kepada pihak terkait yaitu Bank Indonesia ternyata palsu,” terangnya.

Menurutnya, peredaran upal di pasar-pasar tradisional khususnya Pasar Kepuh dan Pasar Baru kerap terjadi saat menjelang Ramadhan. Aksi pengedar upal itu biasanya dilakukan saat malam hari, di tempat yang kondisi penerangan remang-remang.

“Modus pengedar upal itu biasanya saat membeli barang cukup banyak dan di malam hari. Jadi total barang yang dibeli itu Rp80 ribu dengan uang palsu pecahan Rp100 ribu, sehingga kembalian simpel cuma Rp20 ribu saja,” bebernya.

Pihaknya menyebut, dalam kurun waktu Januari-April tahun ini sajam berdasarkan laporan yang didapat jumlah upal beredar di masyarakat mencapai Rp1 juta lebih. Namun tidak semua warga pasar menyerahkan upal itu, sebab ada yang langsung menyobek bahkan membakarnya.

“Kami terus mengingatkan warga pasar untuk waspada Upal melalui pengeras suara. Terutama pada saat pasar sedang ramai dan remang-remang yang kerap dimanfaatkan para pelaku pengedar uang palsu beraksi. Apalagi pedagang malam, disarankan untuk membeli alat sensor uang, sehingga saat itu juga bisa diketahui keaslian uang yang diterima sekaligus langsung menindak jika ada pembeli yang menyebarkan uang palsu,” tutupnya. (Andri)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News