Next Post

Tradisi Babarit, Cara Warga Desa Linggasana Kuningan Buang ‘Sial’

19082019-Tradisi Babarit Desa Linggasana Kuningan (3)

 

KUNINGAN –

Tradisi kebudayaan lokal Babarit yang dianggap sebagian warga masyarakat bertujuan mengusir segala mara bahaya dan malapetaka, ternyata masih dilestarikan warga masyarakat Desa Linggasana Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Budaya babarit ini diawali dengan arak-arakan warga sembari membawa tumpeng hias.

Selain tradisi Babarit, warga juga dihibur dengan pementasan wayang kulit yang digelar pemerintah desa setempat. Warga juga menikmati makan bersama dengan sajian menu yang dibawa masing-masing warga, yang sebelumnya dikumpulkan dan dihidangkan secara bersamaan.

Kepala Desa Linggasana, Heni Rosdiana menuturkan, bahwa tradisi Babarit ini menjadi agenda rutin setiap tahun untuk dilestarikan. Nilai yang terkandung pada tradisi ini adalah ungkapan syukur atas keselamatan bagi warga desa.

“Alhamdulillah, tradisi ini sebagai wujud syukur kami terhadap Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberi. Kita juga memohon agar dihindarkan dari segala bahaya dan malapetaka yang mengancam warga Desa Linggasana, umumnya seluruh rakyat Indonesia,” terangnya.

Dia menjelaskan, bahwa Babarit berarti ngabubarkeun wewerit yang mempunyai arti bahasa mengusir penyakit. Kegiatan tradisi Babarit juga berarti memohon perlindungan Tuhan YME untuk menyingkirkan segala petaka yang mengincar warga.

“Apalagi sekarang menghadapi musim kemarau kering, semoga tradisi Babarit ini bisa menghindarkan warganya dari bencana kekeringan. Tidak ada ritual khusus, hanya berdoa kepada Allah SWT yang dipimpin oleh pemuka agama desa dilanjutkan makan-makan seluruh warga menikmati hidangan yang disediakan juga oleh warga,” terangnya.

Disisi lain, pihaknya juga mengadakan pagelaran seni wayang kulit sebagai hiburan bagi warga masyarakat. Pagelaran wayang kulit Ringgit Purwa Dua ini mendatangkan dalang Eman Rukman dari Kabupaten Majalengka.

“Sejak jaman dulu setiap kegiatan Babarit disini menghadirkan hiburan wayang kulit. Ini kami pertahankan dan tidak menggantinya dengan wayang golek atau hiburan lainnya, untuk mempertahankan tradisi,” pungkasnya. (Andri)

 

 

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News