Next Post

Tradisi Ngarot, Do’a Jelang Masa Tanam

INDRAMAYU –

Tradisi Ngarot menjadi salah satu tradisi warisan di Jawa barat. Tradisi ini, merupakan warisan leluhur yang hingga kini masih dijunjung tinggi serta dilestarikan keberadaanya oleh masyarakat di Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu.

Tradisi ngarot yang telah ada sejak abad 27 oleh sebagian masyarakat desa di Kecamatan Lelea merupakan tradisi turun temurun yang pelestariannya hingga sekarang masih terus dilakukan.

Tradisi ngarot ini sendiri menurut bahasa sangsekerta berasal dari kata “Ngaruat”. Ngaruat adalah tradisi masyarakat dimana acara tersebut dilakukan sebelum para petani memulai masa tanam di areal pertanian mereka masing-masing.

Salah satu Desa yang hingga kini masih menjaga serta melestarikan adat tradisi tersebut adalah Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. Bahkan upacara adat ngarot telah
dijadikan warisan budaya tak benda nasional oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.dan sudah mendapatkan Sertifikat.

Sertifikat yang menyatakan bahwa tradisi ngarot termasuk warisan budaya tak benda nasional telah ditetapkan berdasarkan musyawarah oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata di Jakarta
pada tahun 2015 lalu.

Kepala Desa Lelea, Raidi mengatakan warisan budaya tak benda nasional dini diberikan karena budaya tradisi ngarot mampu dilestarikan oleh masyarakat secara turun temurun.

“Masyarakat Desa Lelea bangga tradisi Ngarot telah dinyatakan sebagai warisan budaya nasional. Kedepan, kami akan terus melestarikan adat desa tersebut,”ujarnya.

Riadi menjelaskan, sejarah tradisi ngarot ini dilakukan oleh kepala desa lelea yang pertama yakni Canggara Wirena.Kala itu, upacara makan-makan dan minum-minum yang dilakukan di kantor desa tersebut dilakukan sebelum melaksanakan atau menjelang musim tanam.

Acara ini juga dilakukan sebagai penyemangat bagi warga untuk melakukan cocok tanam dan pembelajaran bagi generasi muda desa.
Selain sebagai penyemangat bagi para warga untuk melakukan cocok tanam, Canggara Wirena sengaja mengadakan acara tersebut juga sebagai bentuk rasa terimakasih kepada Ki buyut

Kapol sebagai leluhur desa yang telah memberikan tanahnya untuk ditanami oleh masyarakat untuk ditanami dan sebagai media pembelajaran kepada pemuda desa.

Upacara adat ngarot pada pelaksanaanya selalu mengedepankan kebersamaan. Terbukti setiap pelaksanaan ngarot, peserta yang mengikuti adat ngarot mengenakan pakaian khas. Remaja putri mengenakan busana kebaya selendang yang dilengkapi aksesoris lainnya.

Uniknya, setiap peserta putri menggunakan hiasan rambut menggunakan rangkaian bunga-bunga,seperti bunga kenanga,melati, serta bunga lainnya. Sementara itu,untuk peserta remaja putra menggunakan baju komboran dan celana hitam gombrang hitam yang dilengkapi ikat kepala.

Salah satu simbol yang dipakai oleh peserta khususnya remaja putri adalah hiasan bunga yang dikenakan diatas kepala. dari bunga yang dipakai mempunyai arti/kesan tersendiri diantaranya Bunga Kenanga. Bunga ini menggambarkan agar remaja putri agar tetap menjaga keperawanannya. Sementara itu,bunga Melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya.Sedangkan bunga kertas mengandung pesan agar remaja putri harus tetap menjaga kecantikanya sebagai kembang desa.

Simbol lain seperti akesoris dikenakan remaja putri seperti kalung mengandung pesan,agar petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya bisa melimpah.
Selain aksesoris yang dipakai oleh remaja putri, bagi peserta jajaka simbol gelang akar bahar mengandung pesan seorang jajaka harus bisa melindungi serta mengayomi keluarga dan
masyarakat.

Simbol pakaian kebaya dan komboran yang bermakna pakaian khas memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani.

Upacara adat ngarot sendiri digelar cukup meraih di Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu,Rabu (27/12).Acara ini diawali dengan berkumpulnya peserta ngarot dihalaman rumah kepala desa.Setelah peserta tradisi ngarot berkumpul, selanjutnya peserta upacara ngarot diarak mengelilingi desa dan diiringi oleh musik khas desa seprti reog/obrog, tanjidor.

Pada barisan pertama terdapat kepala desa dan pamong desa, selanjutnya diikuti oleh peserta adat ngarot lainnya.Setelah itu,dilakukan pembacaan sejarah ngarot oleh Sekretaris desa setempat sebagai pertanda acara upacara adat ngarot dimulai.

Prosesi penyerahan alat serta bibit pertanian tersebut diantaranya, penyerahan benih padi/bibit padi yang diserahkan oleh kepala desa kepada kasinoman putra sebagai simbol musim tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah.

Selanjutnya, penyerahan kendi berisi air putih oleh istri kepala desa kepada remaja putri sebagai simbol bahwa dapat dipercaya air tersebut dipercaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur. Penyerahan cangkul oleh Raksa Bumi kepada remaja putra sebagai simbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.

Penyerahan Pupuk oleh sesepuh desa sebagai simbol agar tanaman padi tetap subur dan mendapat hasil panen yang melimpah.
“Kami berharap, pada masa tanam tahun ini, hasil panen bisa melimpah dan tidak ada gangguan hama atau sejenisnya,”ujar Sarnadi,40 warga setempat.(tomi indra)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News