Next Post

Talkshow di Reang Riung, Sastrawan Minanto Coba Gali Dimensi Baru Desa dalam Sastra

Minanto isi talkshow di Reang-Riung
Minanto isi talkshow di Reang-Riung

INDRAMAYU, IndramayuJeh.com — Dalam sesi talkshow berjudul “Melihat Sastra dan Desa Menari di Atas Kanvas” yang berlangsung di acara Reang Riung pada (10/8/2024), sastrawan Minanto, pemenang sayembara kepenulisan novel Dewan Kesenian Jakarta melalui karyanya “Aib dan Nasib,” menarik perhatian audiens dengan pandangannya yang segar tentang desa dan sastra.

Di hadapan para peserta, Minanto memulai diskusi dengan mengungkapkan ketertarikan mendalamnya terhadap acara Reng-Riung. Ia mengapresiasi kegiatan tersebut karena berhasil mendekatkan seni yang biasanya jauh berada di tengah kota kini muncul di tengah desa, terlebih di tempat nongkrong anak-anak muda.

Dalam wawancaranya setelah talkshow, Minanto mengungkapkan bahwa tulisan-tulisannya sering kali fokus pada masalah desa, berangkat dari pengalamannya sendiri sebagai orang desa. Ia mengakui bahwa identitasnya sebagai penulis sering dihubungkan dengan tema permasalahan desa, dan ia ingin menawarkan perspektif baru dalam memahami konsep desa.

“Desa sering kali hanya dipandang sebagai latar belakang cerita dalam sastra, menciptakan dikotomi antara desa dan kota,” ucap minanto dalam saat mengisi talkshow.

Minanto menyoroti bagaimana dalam sastra, desa sering kali hanya dipandang sebagai latar belakang cerita, menciptakan dikotomi antara desa dan kota. Menurutnya, pemahaman desa sebagai sesuatu yang berlawanan dengan kota sering kali terjebak dalam stereotip.

“memahami desa sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman atau sebagai kekuatan tertentu sering kali menjadi jebakan yang membatasi pemahaman kita,” terangnya.

Membahas tentang menulis desa, Minanto mengungkapkan keinginannya untuk menorehkan warna baru dalam karya sastra. Ia menekankan pentingnya menghindari representasi yang sudah dikenal luas dan menggali dimensi baru dari konsep desa yang terus berkembang.

Hal tersebut ia sampaikan saat melakukan sesi wawancara setelah talkshow berakhir.

“Saya ingin menawarkan cara baru untuk menggambarkan desa, menghindari pandangan yang klise dan menggali makna yang lebih dalam,” ujarnya.

Minato juga membahas tantangan yang dihadapi dalam era digital, di mana budaya tulis terancam oleh teknologi modern seperti ponsel pintar. Ia percaya bahwa budaya tulis memiliki keunggulan dalam menyimpan dan menyampaikan pengalaman secara mendalam dibandingkan dengan budaya rekam yang lebih cepat.

“Budaya tulis bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan budaya screenshot dan rekam layar,” ungkapnya.

Acara Reang Riung, di mana Minanto menjadi pembicara, menawarkan platform yang tepat untuk mengangkat isu-isu seperti ini dan menggali lebih dalam tentang hubungan antara sastra dan desa. Ia tidak hanya memberikan wawasan baru tetapi juga menginspirasi penulis dan audiens untuk melihat desa dalam cara pandang yang berbeda. (Nursaid)

Muhammad Nursaid

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News