Next Post

25 Jurnalis Ikuti Pelatihan Jurnalistik Tentang Kerukunan Umat Beragama

WhatsApp Image 2018-10-21 at 16.46.58 (2)

 

BANDUNG –

Sebanyak 25 jurnalis dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jambi, Bali, dan Papua mengikuti pelatihan yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan Deutsche Welle (DW) Akademie, Jerman, di Kota Bandung, Sabtu (20/10/2018).

Pelatihan dengan tema “Sebuah Dialog Antar agama bagi Jurnalis Indonesia” ini membahas peran dan tanggung jawab jurnalis, untuk membantu mereka ketika melakukan liputan isu sensitive konflik. Terutama konflik agama dan etnik. Lantaran isu tersebut dinilai berpotensi mengancam kehidupan bertoleransi dalam beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

Trainer DW Akademie, Ayu Purwaningsih menyebutkan, Bandung dipilih sebagai salah satu lokasi lantaran berbagai pertimbangan. Salah satunya, berdasarkan berbagai riset yang dilakukan oleh beberapa lembaga mencatat Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan angka intoleransi yang cukup tinggi.

“Banyak aksi kekerasan yang menimpa warga dan yang cukup menonjol adalah kelompok-kelompok minoritas,” katanya. Bentuk kekerasannnya pun beragam, mulai dari pelarangan beribadah, perusakkan tempat ibadah, ancaman dan intimidasi kelompok keagamaan, kriminalisasi lewat pasal penodaan agama, diskriminasi, sampai pembiaran oleh aparat negara.

Dia menambahkan, media memiliki peran penting dalam penyebaran informasi di masyarakat. Dan melalui pelatihan ini, pihaknya berharap para jurnalis yang mengikuti pelatihan bisa membantu mengurangi ketegangan konflik dengan karya yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Dalam program yang didukung oleh oleh Kementerian Luar Negeri Jerman ini, para peserta dibekali dengan pemahaman mendasar pluralisme di Indonesia. Selain itu, kedua Trainer Bandung, Nursyawal dann Adi Marsiela serta dua trainer DW Akademie, Ayu Purwaningsih dan Sheila Myrosekar juga mengupas kode etik dan standar profesionalime untuk menghasilkan karya jurnalistik sensitif konflik dan bias keberagaman.

Ketua AJI Bandung, Ari Syahril Ramadhan mengatakan, pelatihan ini mengajak peserta untuk mengingat kembali prinsip jurnalisme dan kode etik. Menurutnya, kedua hal tersebut merupakan titik masuk yang baik untuk mengenalkan keberagaman. Terlebih, Ahmad Junaedi dan Zaky Yamani sebagai pemateri dapat menjelaskan kolerasi antara kode etik dan tema yang diusung. Misalnya, bagaimana prodak-prodak jurnalistik tidak ramah keberagaman ternyata berpotensi melanggar etik dan tidak sesuai dengan prinsip jurnalisme.

“Kami berharap, selepas pelatihan, para jurnalis dapat menghasilkan produk jurnalistik yang ramah keberagaman, mematuhi kode etik dan menjalankan prinsip-prinsip jurnalisme,” katanya.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengajukan proposal beasiswa peliputan. Setiap usulan dibahas melalui diskusi kelompok dan diikuti penguatan serta penajaman ide cerita oleh pelatih yang bertindak sebagai mentor di kelompok masing-masing. Selanjutnya akan dipilih 10 peserta yang memiliki usulan liputan terbaik.

Bandung merupakan kota ketiga setelah Pontianak dan Palembang. Selanjutnya, pelatihan serupa akan digelar di Manado (26-28 Oktober 2018) dan Ambon (2-4 November 2018). (tomi indra)

 

 

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News