Next Post

Aksi Premanisme Marak, Buruh Pabrik Gula Minta Perlindungan

IMG-20170920-WA0015

INDRAMAYU –
Ratusan Karyawan Pabrik Gula Jatitujuh selalu di hantui rasa takut ketika bekerja. Mereka tidak bisa melaksanakan aktifitas perkebunan sebagaimana biasanya, begitupun ribuan buruh kebun sekitar penyangga Pabrik Gula yang biasa menggantungkan hidupnya pada Pabrik Gula. Mereka selalu di hantui berbagai aksi sweeping yang diduga kerap di lakukan oleh oknum yang mengatas namakan masyarakat.
Carmita,50 salah satu mandor kebun PG Jatitujuh asal Amis menuturkan para buruh kebun asal Amis, Loyang, Jambak dan sekitarnya mengeluhkan karena berkurangnya lapangan pekerjaan di Pabrik Gula, terlebih saat musim kemarau seperti ini, Biasanya, hanya Pabrik Gula yang menyediakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi para buruh tidak bisa berbuat banyak dari pada keselamatan mereka terancam.
Oknum masyarakat yang mensweeping kerap membawa senjata tajam dan tidak segan-segan mengancam siapapun yang menentang.
Aksi sweeping oknum masyarakat ini sudah beberapa kali di lakukan. Pernah salah satu karyawan kebun dianiaya dan diancam dengan menggunakan senjata tajam oleh oknum masyarakat.
“Kejadian ini, sudah pernah dilaporkan kepada pihak yang berwajib oleh atasan kami, terang Carmita. Akan tetapi sampai saat ini pelaku kekerasan malah semakin berani mengintimidasi di kebun kami. Padahal kami mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan hukum,”ujarnya.
Wartomo Komandan Regu Kebun Jatitujuh menambahkan Saat ini ratusan hektar lahan Pabrik Gula terlantar dan tidak bisa ditanami tebu. Keselamatan ribuan buruh Pabrik Gula terancam serta ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar terancam. “Kemanakah kami harus mengadu? Kemanakah kami meminta perlindungan? Kami hanya minta jaminan keamanan saat bekerja,”keluhnya.
Wartomo yang juga masyarakat Amis tidak sependapat dengan berbagai aksi kekerasan yang terjadi di lapangan. “Kekerasan tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Kami selalu selalu di larang untuk melawan bahkan hanya untuk membela diri pun dilarang. Kami selalu diinstruksikan mundur oleh atasan, “terang wartomo.
Wartomo meminta agar aparat yang berwenang tergerak hatinya untuk segera menyelesaikan permasalahan ini. Tindak tegas oknum-oknum yang selalu memprovokasi berbagai aksi kekerasan di lapangan.
Eka,40 warga Amis menambahkan, oknum masyarakat tersebut mematok lahan-lahan PG dan menanaminya dengan palawija. Kebanyakan oknum masyarakat tersebut bukan dari masyarakat penyangga, tetapi dari desa-desa yang jauh dari PG. Jika aktifitas mereka di biarkan, kami pun akan ikut-ikutan menyerobot lahan PG. ” Aparat yang berwenang harus segera bertindak. Jangan sampai masyarakat berbenturan dengan oknum-oknum tersebut,”ungkapnya. Eka sebagai keamanan kebun menyesalkan lambatnya PG dalam menangani kasus ini. Banyak aset yang di rusak dan karyawan diintimidasi termasuk kami sebagai orang lapangan.(tomi indra)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News