Next Post

Penurunan Harga BBM ‘Gak Ngefek’ bagi Warga di Pelosok Majalengka

BBM SPBU Ilustrasi Bensin Premium Pertamax Solar

 

MAJALENGKA –

Keputusan PT Pertamina (Persero) yang melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi terhitung mulai Minggu (10/2/2019) pukul 00.00 WIB, dirasakan warga di Kabupaten Majalengka tak berdampak signifikan.

Terutama oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah, apalagi oleh mereka yang tinggal di pelosok tidak merasakan dampak besar dari penurunan harga BBM tersebut. Sebab adalah BBM nonsubsidi yang notabene dipakai oleh masyarakat kelas menengah keatas.

Berdasarkan pantauan IJNews di sejumlah wilayah di Kabupaten Majalengka Selatan, khususnya Kecamatan Bantarujeg, Lemahsugih, dan Malausma. Banyak warga yang mengaku tak merasakan dampak dari turunnya harga BBM non-subsidi.

Ketiga kecamatan tersebut, tergolong wilayah yang tak memiliki banyak lokasi SPBU sehingga mereka biasanya harus membeli BBM ke pengecer dengan harga yang lebih mahal. Mereka tetap harus merogoh koceknya lebih dalam untuk sekadar mendapatkan seliter BBM.

Kondisi tersebut diperparah dengan peraturan yang melarang membeli BBM bersubsidi menggunakan jeriken sehingga mau tidak mau mereka membeli BBM nonsubsidi seperti jenis Pertamax dan Pertalite yang harganya lebih murah dari Pertaseries.

Keluhan itu disampaikan Ibin Nugraha, warga Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg. Ibin menilai, jika penurunan harga BBM tak ‘ngefek’ terhadap daya beli bagi masyarakat pelosok.

Sebab di tingkat pengecer harga tidak turun, meski di SPBU turun. Justru sebaliknya, harga di tingkat pengecer akan selalu naik naik jika harga BBM di SPBU naik. “Percuma harga BBM turun karena yang turun hanya di SPBU, di eceran harga tetap,” keluh Ibin.

Kata Ibin, selalu terjadi anomali antara kenaikan dan penurunan harga BBM. Yang terjadi jika harganya turun tak pernah signifikan berdampak baik bagi perekonomian rakyat.

Tapi sebaliknya, jika terjadi kenaikan BBM walau hanya Rp100-200, dampaknya akan sangat dirasakan rakyat dari kalangan menengah ke bawah seperti dirinya, tak hanya di Majalengka, juga di seluruh Indonesia karena memicu kenaikan harga kebutuhan pokok, dan ongkos transportasi umun.

“BBM turun harga-harga gak turun, tapi kalau BBM naik hampir semua harga harga pada naik,” tutup Ibin. (Oki)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News