Next Post

Perum Bulog Klaim Sudah Stabilkan Harga Gabah

Budi Waseso Bulog Oki

 

MAJALENGKA –

Perum Bulog mengklaim bisa menstabilkan harga gabah yang dalam satu bulan terakhir anjlok sebagai dampak dari melimpahnya hasil panen di sejumlah wilayah. Itu ditegaskan oleh Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso.

Sosok yang akrab disapa Buwas itu menegaskan, Perum Bulog tak tinggal diam saat banyak petani yang mengeluhkan anjloknya harga gabah. Kondisi ini, tegas Buwas, mendapatkan sorotan dari pihaknya.

Salah satu upaya untuk menstabilkan harga gabah adalah dengan melakukan sejumlah terobosan seperti penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Bulog siap menerima hasil panen petani dengan harga sesuai kualitas gabah.

Selain itu, Buwas pun mengaku, telah menginstruksikan jajarannya berkeliling ke beberapa daerah untuk meninjau sekaligus menyerap gabah dari tingkat petani sesuai HPP. “Sempat di tingkat petani kemarin, ada yang harga jualnya hanya Rp3.100-3.800 (per kilogram). Padahal HPP kita Rp4.100 dan kami akan berupaya menyerap gabah dari petani sebanyak mungkin,” ungkapnya.

Dikatakan Buwas, turunnya harga gabah, juga tak lepas dari faktor cuaca karena di beberapa daerah ada gabah yang kualitasnya rendah. Namun ada standar kualitas gabah dan standar harga yang akan sesuai. Tapi jika ada harga dibawah standar dengan kualitas standar maka dipastikan Bulog akan membeli.

Bukan hanya yang sudah dalam bentuk beras, namun gabah juga diutamakan dengan tujuan mempercepat petani untuk mendapatkan hasil. “sekarang diseluruh wilayah yang ada Bulognya, silahkan tawarkan hasil panennya kepada BUlog baik Drive maupun Sub Drive. baik brupa beras dan barang tentu gabah kita utamakan,” jelasnya.

Sementara itu, hampir semua pengusaha anggota Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi Indonesia (Perpadi), masih menahan diri untuk melakukan pembelian gabah. Alasannya, harga beras di pasaran masih labil dan stok di gudang pun masih memenuhi permintaan pasar.

Ketua Perpadi Kabupaten Majalengka, Dede Koswara mengatakan jika harga gabah akan terus merosot di tingkat petani. Selain kualitas gabah yang jelek, hal tersebut juga diakibatkan harga beras di pasaran yang belum normal hingga para bandar belum ada yang berani membeli gabah dengan skala besar.

“Semua menahan diri untuk membeli padi skala besar, karena khawatir rugi. karena panen belum usai jadi harga beras terus fluktuatif. semua bandar masih mengatur ritme pembelian sebagai strategi marketing,” terangnya.

Namun, banyak di antara para petani yang menjual gabah kepada bandar meskipun dengan harga rendah yang berkisar Rp400.000/kuintal. Kendati murah, mereka tetap menjual gabah miliknya karena butuh biaya untuk menggarap sawah pada masa tanam kedua.

“Bandar menilai, jika kualitas gabah sekarang buruk karena mengandung kadar air tinggi karena sawah terendam makannya harganya murah,” ungkap Husen petani asal Kecamatan Bantarujeg.

Jika sudah seperti ini, yang dirugikan tetap petani kecil. Sebab mereka tidak mempunyai pilihan, bagaikan buah simalakama, dijual harga murah merugi, tidak dijual tidak ada biaya untuk kembali menggarap sawah.

“Apapun kondisinya, yang rugi tetap saja orang kecil. bandar ga mau rugi, BUMN ga mau rugi, yan petani yang jadi korban,” ungkap Soip petani lain di Kecamatan Bantarujeg. (Oki)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News