Next Post

Bosan Kuliah Daring, Mahasiswa asal Majalengka Ini Pilih Jadi Peternak Ayam Petelur

MAJALENGKA – Pandemi COVID-19 bukan alasan untuk bermalas-malasan. Sebab, aktivitas yang serba dibatasi justru membuat kita harus pintar mencari peluang agar tetap bisa berkreativitas.

Seperti dilakukann Asep Hamdan (22), pemuda di Kabupaten Majalengka yang berkat kreativitas dan insting usahanya menjadi sosok inspiratif atau teladan bagi pemuda seusianya di masa pandemi COVID-19 ini.

Asep yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon atau dikenal juga UGJ itu, mengisi ‘kegabutan’ kuliah jarak jauhnya dengan membuka usaha peternakan ayam petelur.

Dengan memanfaatkan banyaknya waktu luang yang dia miliki karena proses perkuliahan dilakukan dalam jaringan (daring) atau online, Asep justru malah meraih kesuksesan dengan beternak ayam petelur

Pemuda asal Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jawa Barat itu kini telah memiliki ayam petelur sebanyak 500 ekor. Dengan memanfaatkan lahan seluas 7×20 meter, Asep berhasil mengembangkan usaha ternak ayam petelur.

“Sekitar 5 bulan saya coba-coba bikin usaha ini, dari awalnya 200 ekor, hingga kini Alhamdulillah menjadi 500 ekor ayam,” kata mahasiswa semester akhir Jurusan Teknik Sipil UGJ itu.

Pahit manis telah dirasakan Asep selama menjalani usahanya. Dari awalnya hanya menghasilkan 10 telur per hari, kini Asep dapat menikmati hasil kegigihan yang selama ini dirintisnya.

“Pas awal itu umur ayam belum mencapai produktivitas, kira-kira masih berumur 20 mingguan lah. Tapi saat ini dalam waktu sehari bisa mencapai 400 telur yang dihasilkan,” ujar alumni SMKN 1 Majalengka itu.

Awalnya Sekadar Coba-coba
Semula hanya coba-coba, kini penjualan telurnya telah diedarkan ke toko-toko hingga sampai ke pasar-pasar tradisional. “Tiap hari ngisi ke toko-toko grosir, kalau ke pasar-pasar itu biasanya seminggu sekali,” pungkasnya.

Namun, jerih payah yang baru bisa dinikmatinya Asep mengaku, mulai merasa gelisah, lantaran harga telur ayam di pasaran saat ini terus mengalami penurunan. Tapi, dia sadar itu adalah risiko yang harus ditanggung oleh peternak atau pelaku usaha manapun.

Asep mengaku, saat ini dia mengalami kerugian hingga jutaan rupiah per bulan. Hingga kini ia sedang berada dalam kondisi ‘galau’ karena usaha yang dijalaninya saat ini terancam gulung tikar.

“Penjualan sekarang lagi anjlok, tapi harga pakan malah sedang naik. Ya, kalau dihitung-hitung mah kerugiannya nyampe kisaran Rp 50 ribu per hari, kalau sebulan Rp 1,5 juta kerugiannya,” keluh Asep. (*)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News