Next Post

Mengenal Wawan Purwandi, Anak Desa yang “Ngantor” di Istana (2)

WAWAN 2

INDRAMAYU –

Kemandirian Wawan Purwandi pun terus berlanjut hingga memasuki bangku sekolah menengah pertama. Setelah lulus di Sekolah Dasar, Wawan Purwandi melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Babakan Ciwaringin Cirebon Kabupaten Indramayu Jawa Barat di tahun 1991. Pada masa MTS inilah, Wawan Purwandi benar-benar merasakan bagaimana hidup mandiri dalam keprihatinan hidup yang demikian sederhana.

Berbekal kiriman tiap bulan yang dikirmkan orang tuanya melalui wesel pos Rp 50 ribu dan sekarung beras tiap bulan, Wawan Purwandi tinggal dan belajar di lingkungan pesantren babakan Ciwaringin Cirebon yang kental dengan ilmu agamanya.

Bisa dibayangkan, bagaimana seorang anak berusia 12 tahun harus berpisah dari orang tuanya dengan bekal seadanya demi mengejar pendidikan yang lebih baik. Di masa MTs ini, Wawan Purwandi harus pandai-pandai mengatur hidup dan keuangannya. Segala pekerjaan dilakukannya sendiri karena tentunya di pondok pesantren yang mengatur adalah dirinya sendiri selain aturan dari pondok pesantren babakan Ciwaringin Cirebon.

Hidup dalam keprihatinan sejak kecil, Wawan Purwandi memang terbiasa menjalani hidup dengan segala kesederhanannya. Ini pula yang membentuk pribadinya yang mampu dengan cepat mensiasati kondisi tersebut. Dengan bekal Rp 50 ribu per bulan dari orangtuanya, bisa dipastikan tak akan mencukupi.

Di Pesantren, ada kisah yang menarik dan tak pernah terlupakan, saat kehabisan uang saku dari kiriman orangtunya.

“Pernah suatu waktu, uang kiriman dari orang tua habis. Saya ikut membantu orang yang berjualan nasi di pesantren supaya bisa mendapatkan makan gratis dari warung,” kata dia.

Dalam kondisi prihatin itu juga, Wawan Purwandi belajar mengatur keuangan dan mensiasati keperluan hidupnya. Untuk jajan di sekolah tidaklah mungkin ia memakai uang sakunya yang sangat terbatas tersebut. cara yang paling jitu adalah membangun persahabatan dengan teman-temannya dengan rasa solidaritas yang tinggi.

Solidaritas tersebut acap kali wawan selalu dibantu dalam masalah ekonomi. Dengan segala keterbatasan tersebut, justru tidak membuat Wawan Purwandi mengkerut tapi menjadi pemicu energinya untuk semakin giat meraih pendidikannya baik di Pesantren maupun di sekolah. Di sinilah ia belajar bagaimana mendobrak hambatan dan tantangan hidup menjadi sebuah peluang untuk masa depannya.

Pada tahun 1994, Wawan Purwandi meneruskan pendidikannya di Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) Jatibarang Indramayu Jawa Barat. Sebenarnya keiginan ayahnya setelah tamat MTs adalah melanjutkan kembali ke pesantren.

Namun, karena terkendala jarak yang jauh serta pertimbangan ibunya yang menginginkan dirinya tida terlalu jauh dengan keluarga, maka Wawan akhirnya menempuh pendidikan SMA yang berjarak sekitar 13 kilometer dari rumahnya.

Di masa ini kepemimpinan Wawan Purwandi demikian mekar dan tumbuh subur. Wawan Purwandi aktif di organiasasi pelajar yang ada di sekolahnya, seperti OSIS dan lainnya. Masa subur tumbuhnya jiwa kepemimpinan ini menjadi bagian dari tahapan hidup Wawan Purwandi yang paling melekat hingga kini.

Dalam periode ini Wawan belajar bagaimana mengambil keputusan dengan cepat, bagaimana melakukan negoisasi serta berfikir dialektis untuk menyatukan berbagai pikiran dan kepentingan yang ada dalam dinamika sebuah organisasi.

Kemudian, setamat sekolah SMA pada tahun 1997 Wawan Purwandi melanjutkan studinya di Universitas Diponogoro, Jurusan Tekhnik Planologi. Salah satu jurusan yang menjadi keinginan dari Wawan Purwandi di kampus tersebut. di masa inilah Wawan Purwandi, bisa dikatakan, menuai hasil dari kerja kerasnya belajar dan kemampuannya mensiasati keprihatinan hidup selama masa-masa sulit di bangku sekolah.

Di masa ini, di usia yang sangat muda, Wawan Purwandi bisa dikatakan telah matang dalam segala hal. Dalam bidang keorganisasian, watak kepemimpinan dan pribadinya yang kuat cenderung menyukai tantangan berkembang pesat.

Wawan banyak belajar bagaimana menghadapi berbagai tekanan serta merancang berbagai aksi serta cara mengimplementasikannya di lapangan. Satu hal yang menarik dari masa ini adalah bagaimana Wawan Purwandi mulai belajar menjajal cara berpikir lateral (out of the box). Inilah yang menjadikan Wawan Purwandi sangat menonjol diantara kawan-kawan lainnya.

Yang menarik pada masa ini, Wawan Purwandi untuk menunjang hidup dan makan sehari-hari wawan sudah bekerja harian kompas jateng-DIY. Selain kelihaian dalam berorganisasi, Wawan pun cerdas dalam pendidikan. Ia menyelesaikan masa kuliah dengan waktu yang cepat hanya 3,5 tahun. (Bersambung)

indramayujeh

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

762ba2bf06f1b06afe05db59024a6990

Recent News